Kami telah melakukan sedikit penyesuaian pada Pemberitahuan Privasi yang akan berlaku efektif pada tanggal 30 Mei 2024. Klik disini untuk meninjau!
Cek disiniSetiap bisnis memiliki perjalanan yang unik. Dari mana mereka memulai, masalah apa yang dihadapi, hingga ke arah mana mereka akan pergi. Klamby adalah salah satunya. Brand fashion lokal ini juga memiliki cerita menarik di balik banjir orderan yang sering membuat stok mereka habis dalam sekejap. Bagaimana kisahnya? Ini dia merchant story Klamby.
Memang tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai secara instan, dan tidak ada bisnis yang bisa langsung berada di puncak. Setidaknya, begitulah awal Klamby dibangun. Belasan tahun lalu, nama Klamby bahkan belum ditemukan. Awal usaha ini adalah penjualan baju second hand alias baju bekas yang dilakukan oleh pemiliknya, Nadine Gaus.
Saat itu, usaha baju bekas ini hanya dipromosikan lewat beberapa media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Blackberry Messenger. Meski makin lama usaha ini makin ramai, stok baju bekas bukanlah hal yang bisa diprediksi. Baju berkualitas yang didapatkan hari ini, belum tentu akan ada lagi di esok hari. Inilah yang menjadi tantangan utama dalam berjualan baju bekas kala itu. Belum lagi ditambah dengan banyaknya saingan.
Hingga akhirnya pada 2012, keuntungan dari berjualan baju bekas digunakan sebagai modal dan dana operasional untuk membangun brand milik Nadine sendiri, yaitu Wearing Klamby.
Pada 2012, ketika Wearing Klamby didirikan, marketplace belum menjadi sesuatu yang populer sehingga penjualan masih dilakukan lewat Facebook, Twitter, dan Blackberry Messenger. Namun, keterbatasan kustomisasi pada platform-platform tersebut mendorong Nadine Gaus untuk membangun website sendiri.
Dengan membuat website sendiri, Wearing Klamby mampu memberikan tampilan produk yang lebih eksklusif dan memusatkan penjualan seluruhnya ke website tersebut. Saat itu, namanya pun masih wearingklamby.com, bukan seperti yang dikenal saat ini.
Baca juga: Cara Memulai Bisnis Online dan Tantangan yang Sering Dihadapi
Sejak 2018, nama Klamby pun mulai melambung. Kala itu, brand fashion ini terkenal dengan stoknya yang selalu sold out dengan kuantitas cukup banyak, padahal baru beberapa jam membuka pesanan. Sistem pembayaran yang saat itu masih manual cukup membuat mereka kewalahan meladeni ribuan orderan pelanggan. Hal ini membuat mereka berusaha mencari solusi yang memudahkan proses pembayaran. Di sinilah Klamby bertemu dengan salah satu payment gateway Indonesia terbaik, Midtrans.
Perjalanan Klamby dalam menggunakan website sebagai pusat penjualan pun tidak mudah. Mereka menemukan berbagai kendala teknis, seperti pencarian vendor website yang cocok untuk menampung tingginya traffic pengunjung, menentukan metode pembayaran, hingga sistem untuk menerima orderan.
Selama proses pencarian ini, Klamby tetap menggunakan Midtrans sebagai payment gateway karena kemudahan Midtrans untuk bisa diintegrasikan dengan platform penjualan apa pun.
Baca juga: 7 Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Online
Menggunakan Midtrans memberikan beragam manfaat untuk Klamby. Sebagai payment gateway, Midtrans memungkinkan Klamby menghadirkan beragam metode pembayaran, mulai bank transfer, virtual account, e-wallet, hingga paylater. Selain itu, kemudahan pembayaran ini membuat jumlah customer kembali berdatangan untuk membeli produk Klamby.
Bahkan, ketika Klamby merilis 10 ribu stok baju dan habis dalam waktu 30 menit, proses transaksi tetap berjalan lancar. Ini karena Midtrans memungkinkan penggunanya untuk tidak perlu mengecek pembayaran atau mengonfirmasi pemesanan secara manual. Dengan sistemnya yang sudah otomatis, setiap transaksi akan langsung tercatat di dalam sistem.
Baca juga: Cara Kerja Payment Gateway, Seperti Apa, sih?
Kesuksesan merchant story Klamby tidak berhenti sampai di situ. Keunikan pakaian yang diproduksi oleh Klamby sukses membawanya menjadi modest wear lokal pertama yang melenggang di London Fashion Week pada 20 September 2022 lalu.
Menampilkan koleksi khusus bertema “The Tudor Rose”, Klamby menghadirkan busana apik dengan menggunakan bahan Tenun Bulu Sutra Garut dalam ragam motif flora, seperti puspa, melati, anggrek hitam, sedap malam, dan sebagainya. Desainnya begitu modern tanpa meninggalkan sentuhan tradisional Indonesia. Hadir dalam 48 pilihan busana, setiap desain tampak memukau dengan penggunaan berbagai warna, mulai dari natural hingga bold.
Meski memancarkan pesona tradisional Indonesia dengan cara yang modern dan playful lewat setiap koleksinya, nama “The Tudor Rose” sebenarnya terinspirasi dari bunga nasional Inggris dalam sejarah War of The Roses. Ini dilakukan Klamby untuk mengenang kepergian Ratu Elizabeth II pada 8 September 2022 lalu.
Itulah merchant story Klamby. Berawal dari berjualan baju bekas, membuat brand fashion dengan keunikan pada setiap busananya, hingga menjadi brand lokal pertama yang berpartisipasi dalam London Fashion Week 2022. Klamby membuktikan bahwa usaha sekecil apa pun bisa menjadi besar ketika benar-benar tekun dijalani.
Terus berkembang dan memberikan pelayanan terbaik untuk konsumen adalah kunci dari kesuksesan tersebut. Misalnya dengan meningkatkan pelayanan pembayaran menggunakan payment gateway Midtrans.
Tidak hanya memungkinkan Klamby untuk menyediakan berbagai metode pembayaran, tetapi juga memudahkan pelanggan dan pegawainya dalam bertransaksi. Tertarik untuk mencapai kesuksesan seperti Klamby? Yuk, daftar sekarang dan buat bisnis makin #LancarDenganMidtrans!