Kami telah melakukan sedikit penyesuaian pada Pemberitahuan Privasi yang akan berlaku efektif pada tanggal 30 Mei 2024. Klik disini untuk meninjau!

Cek disini close
08 Jan

Cara Hitung Arus Kas Operasi untuk Maksimalkan Keuntungan

Admin

by Admin

view2601Views

arus-kas-operasi
Salah satu faktor yang menentukan apakah sebuah bisnis bisa bertahan hingga beberapa tahun ke depan adalah kondisi arus kasnya.

Dengan kata lain, kesuksesan bisnis Anda sangat bergantung pada kemampuan Anda menghasilkan pemasukan, memenuhi kewajiban pembayaran, serta memberikan dividen kepada pemegang saham karena dari sanalah Anda akan mendapatkan kepercayaan pelanggan.

Maka dari itu, Anda perlu mengetahui cara menghitung arus kas operasi yang tepat agar Anda bisa memaksimalkan keuntungan finansial.

Apa Itu Arus Kas Operasi?

Sebelum mempelajari cara menghitung arus kas operasi, sebaiknya Anda mengetahui konsep dasar dari elemen tersebut. Jadi, apa yang dimaksud dengan arus kas operasional? Sederhananya, ini merupakan nama lain dari Operating Cash Flow (OCF), laporan yang merekam semua pendapatan dan pengeluaran sebuah bisnis dalam periode waktu yang ditentukan. Misalnya, selama satu bulan, kuartal, atau tahun terakhir.

Pentingnya Arus Kas Operasi

Mengapa sebuah bisnis harus mengetahui dan bahkan melacak arus kas operasi mereka? Jawabannya sangat berkaitan dengan keempat manfaat di bawah ini:

1. Bahan evaluasi efisiensi operasional bisnis

Karena arus kas operasi memberikan gambaran tentang arus pemasukan dan pengeluaran sebuah bisnis, Anda dapat menggunakan hasil perhitungan pada dokumen ini untuk mengevaluasi seberapa efisien alur operasional perusahaan saat ini. Spesifiknya, dalam menghasilkan uang sebanyak mungkin.

Misalnya, ketika Anda menjalankan strategi menekan pengeluaran sebisa mungkin untuk memaksimalkan laba, Anda dapat melihat apakah metode tersebut sudah berhasil melalui laporan ini. Terutama, dari segi pengeluaran yang dihasilkan jika dibandingkan dengan pemasukan. Jadi, Anda akan mengetahui bagian mana saja yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan agar tidak kalah saing dengan kompetitor dan menghemat pengeluaran secara bersamaan.

2. Mendukung pengambilan keputusan jangka panjang

Masih berkaitan dengan manfaat yang sebelumnya, mengetahui arus kas operasi akan memberikan Anda gambaran tentang efek dari sebuah keputusan. Terutama, jika Anda hendak menerapkannya untuk jangka panjang. 

Menggunakan contoh strategi operasional dari sebelumnya, Anda akan mengetahui apakah sebaiknya Anda menekan biaya produksi sebanyak mungkin selama beberapa tahun ke depan atau tidak. Apalagi, kalau Anda ingin berjaga-jaga jika harus menghadapi situasi serupa di masa depan. 

Dengan demikian, Anda pun bisa mengambil keputusan secara lebih objektif dan strategis berdasarkan data karena sudah lebih siap. Sehingga, peluang keberhasilan bisnis Anda juga semakin besar, bahkan di tengah situasi tidak menentu.

Baca juga: 4 Tips untuk Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik

3. Membantu pemetaan strategi bisnis

Adanya arus kas operasi bisa membantu Anda merancang strategi bisnis dengan lebih tepat dan terarah karena Anda sudah memiliki informasi tentang pertumbuhan pemasukan dan pengeluaran bisnis dalam kurun waktu tertentu. 

Contohnya, saat Anda mendapati bahwa bisnis Anda lebih untung jika Anda menawarkan harga premium yang lebih mahal karena margin keuntungannya juga lebih besar, Anda bisa mempertimbangkan strategi serupa untuk memaksimalkan laba ke depannya. 

Selain itu, dari hasil penemuan tersebut, Anda juga dapat melihat apakah strategi saat ini sudah cukup tepat untuk memenuhi kebutuhan konsumen, menjaga minat belanja mereka, sekaligus menutupi biaya produksi di awal pada saat yang bersamaan. Hal ini pun akan membantu Anda ketika harus melakukan ekspansi atau diversifikasi di masa depan.

4. Mempermudah manajemen keuangan

Saat mengelola keuangan perusahaan, tentunya Anda akan kesulitan memetakan kondisi finansial saat ini tanpa adanya data yang memadai. Namun, ketika Anda mengetahui arus kas operasi, Anda bisa langsung mengidentifikasi kesehatan finansial perusahaan secara sekilas. Bagaimanakah hal ini dapat membantu Anda dalam jangka panjang?

Dari rasio arus kas operasional yang kurang memuaskan, Anda akan segera mengetahui bahwa Anda perlu meningkatkan strategi manajemen finansial saat ini. Kemudian, Anda dapat memetakan penyebabnya, apakah karena pemasukan yang kurang maksimal atau pengeluaran yang sering kali melebihi budget

Pada akhirnya, Anda pun dapat mengambil langkah yang tepat untuk memperbaiki situasi tersebut. Misalnya, dengan menawarkan harga yang lebih tinggi demi menghasilkan margin keuntungan lebih besar atau menggunakan bahan baku yang lebih terjangkau untuk menghemat pengeluaran produksi.

Baca juga: Cari Tahu Kenapa Manajemen Keuangan adalah Hal Penting bagi Bisnis Anda

Jenis-jenis Arus Kas Operasi

Arus kas operasi terdiri dari berbagai jenis dengan cara perolehan dan arti yang berbeda. Apa saja contohnya? Anda bisa menyimak penjelasan selengkapnya pada bagian berikut:

1. Arus kas operasi langsung

Arus kas operasi langsung adalah hasil perhitungan OCF yang hanya mempertimbangkan transaksi secara tunai. Bisa dibilang, jenis arus kas ini lebih sederhana karena tidak menyertakan hasil pengurangan pendapatan dengan biaya penyusutan lain seperti pajak, bunga, dan sebagainya. Maka dari itu, OCF langsung juga tidak mencatat setiap perubahan pada nilai aset dan beban kewajiban finansial pada periode waktu tertentu.

Karena sifatnya yang lebih sederhana dan tidak memerlukan banyak informasi, Anda yang menjalani bisnis berskala kecil dapat memprioritaskan jenis arus kas ini. Alasannya, ketika bisnis Anda belum memiliki sumber pemasukan yang lebih beragam, informasi keuangan yang dapat Anda akses untuk saat ini juga belum terlalu banyak.

2. Arus kas operasi tidak langsung

Berbeda dengan jenis sebelumnya, arus kas operasi tidak langsung merujuk kepada hasil perhitungan OCF yang mempertimbangkan laba bersih sebagai dasar kalkulasinya. Selain itu, jenis arus kas operasi satu ini juga menyertakan pendapatan bersih yang sudah dikurangi oleh beban operasional, bunga, pajak, dan biaya lainnya. Begitu juga dengan setiap perubahan pada aset yang dimiliki oleh perusahaan serta kewajiban pembayaran yang harus dilunasi pada suatu waktu.

Mengingat kalkulasi arus kas ini membutuhkan banyak informasi keuangan, umumnya penghitungan secara langsung sedemikian rupa lebih sering dijumpai pada perusahaan berskala besar. Sebab, perusahaan yang sudah memiliki berbagai sumber pemasukan pun akan memiliki lebih banyak data dari segi penyusutan biaya dan pemasukannya.

3. Arus kas operasi positif

Arus kas operasi yang menunjukkan nilai positif merupakan incaran banyak bisnis. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab angka ini berarti Anda sudah mampu menghasilkan kas pemasukan yang melebihi pengeluaran. Apalagi, jika Anda telah memiliki lebih dari satu sumber pendapatan.

Bagaimanakah dengan efek jangka panjangnya? Dengan jumlah kas yang lebih banyak, tentunya Anda lebih mampu melunasi kewajiban pembayaran tanpa perlu mengandalkan sumber pendanaan eksternal. Selain itu, ini juga menunjukkan bahwa perusahaan Anda sudah bertumbuh dan akan terus bertahan lebih lama. Pada akhirnya, Anda akan lebih mudah menarik perhatian investor yang ingin menggelontorkan dana untuk perkembangan bisnis Anda.

4. Arus kas operasi negatif

Berkebalikan dengan arus kas positif, OCF yang negatif menunjukkan bahwa kas pengeluaran Anda masih lebih tinggi daripada pemasukan. Meski demikian, fenomena ini bersifat wajar jika Anda baru merintis usaha baru, apalagi sebagai pemula. Sebab, besar kemungkinan Anda akan memiliki sumber modal dan pemasukan yang lebih terbatas daripada perusahaan yang sudah lama beroperasi.

Lalu, untuk memulai tahap awal operasional bisnis yang baru berdiri, Anda juga harus membeli banyak peralatan dan infrastruktur. Pastinya, pengeluaran ini akan membutuhkan banyak uang, sehingga arus kas operasi Anda akan terlihat negatif. Tapi, selama Anda rutin mencari sumber pemasukan dan memaksimalkan penjualan, Anda dapat membalikkan rasio arus kas yang negatif menjadi positif.

Sumber Arus Kas Operasi

Pada tahap ini, mungkin Anda sudah bertanya-tanya dari manakah arus kas operasi berasal. Sederhananya, ingatlah bahwa OCF bermuara dari semua aspek pemasukan dan pengeluaran sebuah bisnis. Jadi, sumbernya tidak hanya terbatas pada hasil penjualan produk atau jasa terhadap konsumen.

Justru, Anda dapat memaksimalkan arus kas pemasukan operasional dari royalti, komisi, manfaat asuransi, penagihan piutang, suntikan dana eksternal dari pembeli saham, serta penghasilan dari bunga dan pajak penghasilan investasi perusahaan. 

Di sisi lain, pengeluaran yang mempengaruhi arus kas operasi pun juga tidak hanya berhenti sampai di belanja bahan baku dan alat-alat produksi. Sebab, pengeluaran lain seperti pembayaran gaji, kas karyawan, biaya sewa jasa pihak ketiga, sewa properti bisnis, dan pembayaran utang.

Apakah Arus Kas Operasi Sama dengan EBIT?

Banyak yang mengira bahwa arus kas operasi bisnis sama dengan Earnings Before Interest and Taxes (EBIT) atau pendapatan sebelum dikurangi pajak serta bunga. Tapi, apakah benar demikian? Kenyataannya, tidak juga. 

Sebab, EBIT hanya mempertimbangkan jumlah pemasukan dan biaya operasional tanpa melihat rasio arus kas yang dipengaruhi oleh kewajiban pembayaran berangsur. Dengan kata lain, EBIT sama sekali tidak memperhitungkan pemasukan dari bunga kredit, beban utang, dan bunga yang berkaitan dengan pembayaran rutin sebuah bisnis. 

Di sisi lain, arus kas operasi tidak hanya mempertimbangkan pendapatan dan pengeluaran mentah, tapi juga suku bunga, pajak, dan beban utang.

Cara Menghitung Arus Kas Operasi

Ada banyak metode yang bisa Anda gunakan untuk menghitung arus kas operasi dan memantau kondisi bisnis dengan lebih akurat. Anda dapat menemukan cara menghitung yang paling pas dengan kebutuhan melalui daftar di bawah ini:

1. Metode umum

Rumus paling sederhana untuk mendapatkan rasio arus kas operasi adalah sebagai berikut:

OCF = Total kas dari penjualan - Total kas pengeluaran operasional

Agar lebih jelas, mari kita simak contoh penghitungan dengan studi kasus ini. Anggap saja Anda memiliki total pemasukan sebanyak Rp1 miliar. Lalu, untuk memenuhi kebutuhan operasional, Anda sudah menghabiskan uang sebanyak Rp500 juta dalam periode waktu tertentu. Dengan mempertimbangkan semua faktor tersebut, berikut adalah hasil penghitungan arus kas operasinya:

OCF = 1.000.000.000 - 500.000.000 = 500.000.000,00

Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan Anda telah menghasilkan arus kas operasi yang positif karena Anda masih memiliki sisa atau surplus kas sebanyak Rp500 juta setelah dikurangi pengeluaran.

2. Metode langsung

Berikutnya, ada metode penghitungan arus kas operasional yang lazim digunakan oleh perusahaan berskala kecil dengan rumus sebagai berikut:

OCF = Arus kas pemasukan - Arus kas pengeluaran

Lantas, bagaimana dengan penerapannya dalam studi kasus nyata? Supaya lebih mudah dipahami, anggaplah bahwa Anda memiliki detail keuangan seperti ini dari laporan laba rugi serta balance sheet:

Laporan Laba Rugi:

  • Pendapatan Penjualan: Rp150.000.000
  • Biaya Produksi: Rp80.000.000
  • Laba Kotor: Rp70.000.000
  • Biaya Operasional (Gaji, Listrik, dll.): Rp30.000.000
  • Laba Operasional: Rp40.000.000
  • Beban Bunga: Rp5.000.000
  • Laba Sebelum Pajak: Rp35.000.000
  • Pajak Penghasilan: Rp10.000.000
  • Laba Bersih: Rp25.000.000

Neraca:

  • Piutang Usaha Awal: Rp 15.000.000
  • Piutang Usaha Akhir: Rp 20.000.000
  • Persediaan Awal: Rp 25.000.000
  • Persediaan Akhir: Rp 15.000.000
  • Utang Usaha Awal: Rp 10.000.000
  • Utang Usaha Akhir: Rp 8.000.000

Untuk mendapatkan arus kas operasi secara langsung, Anda harus mulai dengan menghitung perubahan piutang usaha terlebih dahulu:

Perubahan Piutang Usaha = Piutang Usaha Akhir − Piutang Usaha Awal

= 20.000.000 − 15.000.000 = 5.000.000

Setelah mendapatkan perubahan piutang usaha, Anda perlu menghitung perubahan dari persediaan awal dan akhir:

Perubahan Persediaan = Persediaan Akhir − Persediaan Awal

= 15.000.000 − 25.000.000 = −10.000.000

Kemudian, lanjutkan dengan menghitung perubahan utang usaha menggunakan rumus berikut:

Perubahan Utang Usaha = Utang Usaha Akhir − Utang Usaha Awal

= 8.000.000 − 10.000.000 = −2.000.000

Terakhir, barulah Anda dapat menemukan arus kas operasi langsung seperti ini:

OCF Langsung = (Laba Bersih + Perubahan Piutang Usaha + Perubahan Persediaan) − Perubahan Utang Usaha

= 25.000.000 + 5.000.000 − 10.000.000 − 2.000.000 = 18.000.000

Dalam contoh ini, perusahaan telah menghasilkan arus kas operasi positif sebanyak Rp18 juta.

3. Metode tidak langsung

Rumus arus kas operasi tidak langsung sedikit berbeda dengan metode langsung. Sebab, Anda harus menyesuaikan laba bersih dengan depresiasi terlebih dahulu. Berikut adalah contoh penghitungannya menggunakan detail keuangan yang sama seperti pada bagian sebelumnya:

Laba Bersih yang Disesuaikan = Laba Bersih + Depresiasi + Beban Tidak Berkas − Perubahan Piutang Usaha − Perubahan Persediaan

= 25.000.000 + 0 + 5.000.000 − 5.000.000 − (−10.000.000) = 35.000.000

OCF tidak langsung = Laba Bersih yang Disesuaikan − Perubahan Utang Usaha

= 35.000.000 −(−2.000.000)= 37.000.000

Sama seperti contoh sebelumnya, arus kas operasi yang didapatkan dengan metode ini masih menunjukkan nilai positif. Artinya, perusahaan telah berhasil memaksimalkan pemasukan, bahkan setelah disesuaikan mengikuti depresiasi.

Baca juga: 6 Rumus dan Cara Menghitung Cash Flow, Jangan Sampai Keliru!

Berapa Rasio Arus Kas Operasi yang Disarankan?

Untuk memperoleh rasio ini, Anda hanya perlu membagi angka OCF dengan total liabilitas yang dimiliki saat ini. Idealnya, rasio arus kas operasi perusahaan yang baik harus mencapai setidaknya 1,0. Mengapa demikian? Angka 1,0 atau lebih besar menandakan bahwa perusahaan Anda sudah mampu membayar semua kewajiban finansial dan memenuhi kebutuhan operasional dengan dana sendiri.

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, perhitungan arus kas operasi pastinya membutuhkan data keuangan yang lengkap, baik untuk pemasukan maupun pengeluaran. Namun, untuk mempermudah Anda mendapatkan semua informasi tersebut, tidak ada salahnya menggunakan solusi teknologi yang mampu merekap data keuangan secara otomatis dan real-time

Contohnya, untuk menerima pembayaran non-tunai dari berbagai metode lewat satu jalur, ada payment gateway Midtrans yang memiliki fitur rekonsiliasi keuangan. Sementara itu, untuk pembayaran secara serentak, Anda dapat memanfaatkan fitur Disbursement Midtrans yang sudah lengkap dengan fitur analitik komprehensif. 

Dengan kedua fitur ini, pembuatan laporan keuangan dan pemantauan kesehatan finansial pun akan lebih efisien. Tunggu apa lagi? Coba sekarang, yuk, dan majukan bisnis Anda bersama Midtrans!
midtrans_UTM-Banner

  • twitter
  • facebook
  • WA
  • mail