Segala Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Dompet Digital
Hadirnya dompet digital di dalam kehidupan masyarakat Indonesia disambut denga...
Kami telah melakukan sedikit penyesuaian pada Pemberitahuan Privasi yang akan berlaku efektif pada tanggal 30 Mei 2024. Klik disini untuk meninjau!
Cek disiniPemberlakuan transaksi e-money untuk membayar akses jalan tol di seluruh Indonesia sejak Oktober 2017 lalu pantas disebut sebagai salah satu titik awal masyarakat Indonesia untuk beralih ke transaksi non tunai atau cashless. Dan kini transaksi uang elektronik semakin meningkat signifikan di Indonesia, mulai dari infrastruktur pendukung, volume dan nominalnya.
Peralihan dari pembayaran tunai atau cash ke pembayaran non tunai atau cashless awalnya di inisiasi oleh Peraturan Bank Indonesia (PBI No. 11/12/PBI/2009) tentang uang elektronik pada tahun 2009. Kemudian gagasan transaksi non tunai kembali diperkuat dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) oleh Bank Indonesia pada tahun 2014. Selanjutnya secara perlahan dalam perekonomian Indonesia semakin menjamur layanan dan fasilitas pembayaran non tunai sejak saat itu.
Tercatat hingga akhir Juni 2018, volume transaksi uang elektronik mencapai 206,9 juta transaksi dan pada September 2018 jumlah uang elektronik yang beredar sebanyak 142.477.296 instrumen, berdasarkan data statistik Bank Indonesia . Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 298.6% pada volume transaksi uang elektronik dibandingkan pada bulan Juni 2017 lalu. Pemberlakukan e-money untuk transaksi akses jalan tol di Indonesia mulai Oktober 2017 juga menstimulasi peningkatan jumlah uang elektronik sebesar 198% atau hampir dua kali lipat dibandingkan pada September 2017 lalu, yakni sebanyak 71.783.618 instrumen uang elektronik di Indonesia.
Ada baiknya untuk mengetahui apa saja keuntungan pembayaran cashless. Seperti yang dilansir dari sosialisasi GNNT BI berikut.
Dari beberapa penjelasan di atas, tentunya transaksi pembayaran cashless semakin menarik dan menjanjikan untuk diterapkan. Tetapi ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam transaksi atau pembayaran cashless.
Ini adalah pertanyaan mendasar untuk menetapkan pilihan apakah Anda akan menerapkan transaksi cashless ini atau tetap melakukan transaksi tunai seperti biasanya. Ketahui rentang demografis klien Anda, kelompok usia mereka, pekerjaan mereka dan apakah mereka tidak asing dengan transaksi cashless. Jika klien Anda termasuk golongan millennial yang hampir setiap saat membawa ponsel pintar, kartu debit atau kartu kredit mereka, kiranya mereka tidak akan sulit untuk menerapkan transaksi cashless ini.
Transaksi tunai menurut Leo Kremer, co-chief executive of Dos Toros dilansir dari Forbes, menciptakan efek bottleneck dimana terjadi kemacetan pada satu titik transaksi. Dengan menerapkan transaksi cashless klien dapat lebih cepat memulai dan menyelesaikan sebuah transaksi dan bergerak ke kegiatan atau lokasi selanjutnya.
Transaksi cashless tentunya akan melewati beberapa server atau proses lainnya dengan cepat, yang mana hal ini akan memakan sekian persen dari transaksi yang dilakukan. Umumnya transaksi dengan kartu kredit akan memakan biaya transaksi setidaknya 2% dari nominal yang ditransaksikan. Perhatikan pula biaya pemeliharaan fasilitas dan instrumen transaksi cashless.
Itulah beberapa keuntungan yang bisa Anda dapatkan ketika menggunakan transaksi cashless. Apakah Anda tertarik untuk beralih menggunakan transaksi non-tunai ini?
Sumber:
Statistik Bank Indonesia, Forbes, MSN