Kami telah melakukan sedikit penyesuaian pada Pemberitahuan Privasi yang akan berlaku efektif pada tanggal 30 Mei 2024. Klik disini untuk meninjau!
Cek disiniBanyak yang mengira cara menghitung penyusutan itu sulit. Padahal, menghitung penyusutan mudah dilakukan.
Bagi sebuah perusahaan, mencatat laporan-laporan penting perlu dilakukan untuk melihat perkembangan bisnis dalam kurun waktu tertentu. Salah satunya adalah laporan penyusutan atau biasa disebut dengan depresiasi. Ini dapat diartikan sebagai sesuatu yang bisa mengubah biaya sebenarnya atau biaya asli dari aset tetap milik perusahaan.
Sebagai contoh adalah bangunan atau gedung, termasuk pabrik. Begitu pula dengan mesin dan alat untuk menunjang pekerjaan dan produksi. Penyusutan ini pun juga akan berpengaruh pada nilai laba bersih karena masuk dalam biaya pengeluaran. Bagaimana cara menghitung penyusutan pada sebuah bisnis? Simak ulasan singkatnya berikut ini.
Baca juga: 7 Tips Memilih Sistem Pembayaran untuk Usaha
Cara menghitung penyusutan yang pertama adalah menggunakan metode garis lurus. Cara ini dikenal pula dengan istilah straight line method dan sering dipakai dalam perhitungan akuntansi. Alasannya adalah relatif lebih mudah dan membantu menjaga aset tetap dalam kondisi baik. Perhitungan menggunakan cara ini masih dibagi lagi ke dalam dua jenis, yakni dengan nilai residu dan tanpa nilai residu. Contohnya adalah sebagai berikut:
Perhitungan dengan Residu
Perhitungan ini bisa digunakan dengan rumus sebagai berikut:
(Harga perolehan - Nilai Residu) : Umur Ekonomis = Nilai Penyusutan.
Contohnya::
Perusahaan Abadi Jaya membeli truk untuk kegiatan operasional pada 8 Agustus 2020 seharga Rp350 juta. Truk tersebut memiliki nilai residu Rp100 juta dengan masa pasak 4 tahun. Maka, besaran penyusutannya adalah:
(350.000.000 - 100.000.000) : 4 = Rp62.500.000
Tanpa menggunakan Residu
Lalu, jenis yang kedua dihitung tanpa menggunakan residu dengan rumus sebagai berikut:
Harga perolehan : Umur Ekonomis = Nilai Penyusutan.
Untuk lebih mudahnya, dapat dicontohkan dengan kasus berikut:
Perusahaan Abadi Jaya membeli sebuah mesin untuk produksi barang dengan nilai Rp300 juta pada 9 Agustus 2020. Mesin ini diklaim tidak memiliki nilai residu pada akhir masa pakai dan dapat digunakan hingga enam tahun. Dalam hal tersebut, ini berarti penyusutan per tahunnya dapat diperoleh dari perhitungan:
300.000.000 : 6 = 50.000.000
Baca juga: 3 Hal Penting Sebelum Membangun Bisnis, Sudah Disiapkan?
Metode atau cara menghitung penyusutan kedua ialah menggunakan unit produksi. Jika Anda menggunakan cara ini, maka nilai atau hasil dari penyusutan yang dikeluarkan pada waktu tertentu akan memiliki nilai proporsional.
Dengan kata lain, nilai ini akan seimbang bila dilihat dari segi kapasitas produksi jika dibanding kapasitas produksi secara maksimal dalam waktu nilai ekonomis aset. Biasanya, metode seperti ini banyak digunakan di perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur untuk melihat masa pakai aktiva yang dimiliki.
Rumus perhitungannya adalah:
(Harga Perolehan ― Harga dari Residu) x (Pemakaian Aset : Kapasitas Tertinggi) = Penyusutan
Agar lebih mudah memahaminya, maka dapat digambarkan dengan sebuah contoh studi kasus berikut:
PT. Usaha Kita melakukan pembelian mobil operasional pada 20 November 2018 seharga Rp400 juta dibayar kontan. Selama empat tahun berikutnya, perusahaan menjual mobil itu seharga Rp100 juta dan bisa menempuh jarak hingga 100.000 kilometer. Akan tetapi, mobil tersebut pada saat akan dijual sudah menempuh hingga jarak 50.000 kilometer. Dari situ, maka biaya penyusutannya adalah:
(Rp400.000.000 ― 100.000.000) x (50.000 kilometer: 100.000) = Rp150.000.0000
Baca juga: Manajemen Keuangan Adalah Kunci Kesuksesan Bisnis, Ini 5 Alasannya
Selain kedua cara di atas, metode ketiga yang bisa Anda gunakan adalah dengan jumlah angka tahun atau sum years digits method. Cara menghitung penyusutan ini kerap digunakan dalam melihat nilai penyusutan yang ada di sebuah mesin produksi perusahaan. Hanya saja, rumusnya berbeda dari lainnya, yakni:
(Harga Perolehan - Harga Residu) × [(n / (n + (n - 1) + (n - 2) + …)] = Penyusutan
Pada rumus tersebut, ‘n’ bisa diartikan sebagai usia ekonomis sebuah aktiva. Contohnya adalah umur ekonomis mesin produksi, yakni tujuh tahun. Dari situ, angka pecahannya adalah total usia ekonomis pada mesin. Jadi, angka penyebutnya adalah 7+6+5+4+3+2+1 = 23
Cara menghitung penyusutan terakhir yakni menggunakan metode saldo menurun ganda. Perhitungan ini biasanya digunakan untuk mengkalkulasi besaran biaya penyusutan di sebuah mesin produksi perusahaan. Alasannya adalah karena mesin dapat bekerja dengan baik pada masa awal dan cenderung menurun seiring usia pemakaiannya. Adapun rumus dari cara ini adalah:
(Harga Perolehan : Umur Ekonomis Aset) × 2 = Penyusutan
Contohnya: PT. Fajar Makmur telah membeli sebuah mesin untuk produksi seharga Rp250 juta. Menurut penilaian, mesin diklaim tidak memiliki residu pada akhir masa pakai. Masa operasinya dapat digunakan hingga 8 tahun. Jadi, beban penyusutannya adalah:
(Rp250.000.000 : 8 tahun) × 2 = Rp62.500.000
Cukup mudah, bukan, cara menghitung penyusutan nilai aktiva di sebuah perusahaan? Selain itu, penting pula bagi pemilik bisnis seperti Anda untuk memahami persamaan dasar akuntansi terlebih dulu agar lebih mudah dalam menghitung penyusutan bisnis dan kegiatan akuntansi lain. Semoga bermanfaat!