Kami telah melakukan sedikit penyesuaian pada Pemberitahuan Privasi yang akan berlaku efektif pada tanggal 30 Mei 2024. Klik disini untuk meninjau!
Cek disini
Tren belanja online di Indonesia ternyata mengalami peningkatan yang cukup besar. Menurut laporan dari We Are Social, jumlah masyarakat Indonesia yang belanja online sepanjang 2022 sampai awal 2023 naik 12,8% menjadi 178,9 juta. Hal ini tidak terlepas dari menjamurnya platform e-commerce yang menyediakan beragam produk dan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
E-commerce adalah aktivitas perdagangan yang terjadi melalui media elektronik. Dengan kata lain, sebenarnya e-commerce dapat dilakukan melalui media konvensional seperti televisi dan telepon, mengingat keduanya juga termasuk media elektronik. Namun, di era digital kini, berbagai kegiatan e-commerce lebih banyak terjadi melalui internet.
Melalui e-commerce, pelaku bisnis dapat mempromosikan dan menjual produknya secara online. Di sisi lain, konsumen bisa membeli berbagai produk yang dibutuhkan tanpa harus datang langsung ke toko offline, sehingga lebih praktis.
Namun, penting untuk diingat bahwa e-commerce berbeda dari marketplace. Marketplace bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk e-commerce; ia hadir sebagai penghubung antara penjual dan pembeli, biasanya dalam bentuk platform online. Sementara itu, e-commerce memiliki cakupan yang lebih luas karena jenisnya pun beragam.
Baca juga: E-Commerce Adalah Perdagangan Elektronik yang Berbeda dari Marketplace
Aktivitas perdagangan dalam ekosistem e-commerce ternyata memiliki banyak jenis. Tidak hanya yang bersifat umum seperti Business-to-Customer atau Business-to-Business, tapi juga ada yang dalam bentuk Consumer-to-Administration, Online-to-Offline, dan masih banyak lagi. Berikut delapan jenisnya!
Pada model Business-to-Business (B2B), kedua partisipan sama-sama merupakan pelaku bisnis. Dengan kata lain, konsumen dalam e-commerce model B2B adalah kelompok yang menjalankan suatu usaha, bukan konsumen individu atau end user. Salah satu contoh transaksi B2B adalah ketika suatu bisnis atau perusahaan membutuhkan bahan baku untuk membuat produk.
Misalnya, Perusahaan A merupakan brand sepatu dan tas kulit. Mereka membutuhkan kulit sintetis dari Perusahaan B sebagai bahan baku untuk memproduksi sepatu dan tas tersebut. Karena akan digunakan untuk produksi, biasanya pembelian dalam model B2B pun cenderung dalam jumlah banyak dan berulang.
Selain itu, ada juga perusahaan yang menjual jasa atau produk digital kepada perusahaan lain. Contohnya seperti perusahaan yang menjual software akuntansi ke perusahaan lain, atau agency yang menawarkan jasa digital marketing melalui website mereka.
Berbeda dari B2B yang memasarkan produk mereka ke perusahaan atau sesama pelaku bisnis, model Business-to-Customer (B2) adalah bisnis yang langsung menjual produk ke konsumen akhir. Model B2C inilah yang sekarang paling dikenal oleh masyarakat.
Konsepnya mirip seperti toko ritel yang mempunyai produk eceran untuk dijual maupun disimpan di gudang sebagai stok. Bedanya, tentu saja transaksi B2C dilakukan secara online melalui platform tertentu, seperti website atau aplikasi mobile, sehingga memudahkan konsumen untuk membeli produk yang mereka butuhkan.
Sesuai namanya, Customer-to-Customer (C2C) adalah transaksi produk barang maupun jasa yang dilakukan oleh konsumen kepada konsumen. Secara umum, transaksi C2C terbagi menjadi dua tipe, yaitu marketplace dan classified.
Tipe marketplace merujuk pada konsumen yang membutuhkan platform untuk melakukan transaksi. Pada platform ini, konsumen sebagai penjual bisa mengunggah produk jualan mereka untuk dibeli konsumen lain. Di Indonesia, salah satu contohnya adalah Tokopedia.
Sementara itu, tipe classified menawarkan kebebasan kepada konsumen penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi secara langsung. Mereka tetap membutuhkan platform seperti website, tapi platform tersebut hanya berfungsi mempertemukan penjual dan pembeli tanpa memfasilitasi transaksi yang terjadi. Salah satu contohnya adalah Kaskus.
Bukan hanya perusahaan atau pelaku bisnis yang bisa menjual produknya ke konsumen. Model Customer-to-Business (C2B) pada e-commerce memungkinkan konsumen untuk memasarkan produk mereka ke para pelaku bisnis yang membutuhkan.
Salah satu contoh umumnya adalah para pekerja freelance yang menawarkan kemampuan masing-masing kepada perusahaan. Misalnya seperti kemampuan content writing, desain grafis, hingga fotografi. Transaksi ini bisa terjadi secara online melalui platform website seperti freelancer.com atau upwork.com.
Baca juga: 5 Model Bisnis Ecommerce yang Ada Di Indonesia, Sudah Tahukah Anda?
Jika dibandingkan dengan keempat jenis sebelumnya, model satu ini mungkin terdengar kurang familier di kalangan masyarakat umum. Namun, Anda yang bekerja di lingkungan pemerintahan kemungkinan besar sudah tidak asing lagi.
Business-to-Administration (B2A) adalah model bisnis yang menjual produk barang atau jasa kepada lembaga pemerintah. Itulah kenapa beberapa orang juga menyebut B2A sebagai model Business-to-Government (B2G). Pada model ini, pelaku bisnis menawarkan produk jualan mereka sesuai kebutuhan proyek maupun aktivitas operasional pemerintah. Umumnya, transaksi B2A dilakukan melalui sistem tender.
Bukan hanya perusahaan atau pelaku bisnis, individu juga bisa melakukan transaksi kepada lembaga pemerintah. Jenis transaksi ini disebut pula sebagai Consumer-to-Administration (C2A) atau Consumer-to-Government (C2G). Contoh dari model C2A adalah masyarakat yang membayar iuran BPJS atau kewajiban pajak kepada pemerintah.
Dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, baik model B2A maupun C2A sama-sama bertujuan untuk meningkatkan efisiensi layanan pemerintah, sehingga dapat semakin memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai layanan tersebut.
Jenis transaksi satu ini memungkinkan produsen dan brand consumer packaged goods (CPG) untuk menjual produk mereka secara langsung ke konsumen akhir. Sebagai informasi, CPG adalah barang-barang yang sering digunakan oleh konsumen, sehingga membutuhkan pembelian berulang. Contohnya seperti tisu toilet, sikat gigi, bahan makanan, dan sebagainya.
Jadi, alih-alih memasok produk mereka ke toko, seller, atau pihak ketiga lain, produsen atau brand akan menawarkan produk secara langsung ke konsumen. Jika Anda pernah melihat brand makanan atau skincare yang memiliki official store di platform marketplace, itulah salah satu contoh model transaksi Direct-to-Consumer (D2C).
Dari seluruh jenis transaksi e-commerce, bisa dibilang inilah model yang paling baru. Pada model Online-to-Offline (O2O), pelaku bisnis memadukan saluran online dan offline untuk berjualan. Mereka melakukan pemasaran produk di ranah online untuk menarik konsumen, tapi transaksi pembelian tetap terjadi di toko offline.
Contoh lain transaksi O2O di Indonesia juga bisa ditemukan pada sektor transportasi seperti Gojek. Perusahaan menyediakan layanan secara online melalui aplikasi mobile, kemudian pihak driver akan tetap melakukan pembelian secara offline di toko tujuan menggunakan uang dari customer.
Tidak sulit untuk menemukan platform e-commerce di Indonesia karena ketersediaannya cukup banyak. Tiap platform memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi kelebihan mereka. Berikut beberapa contoh platform e-commerce paling populer di tanah air:
Pertama kali berdiri pada 2009, hingga kini Tokopedia memiliki sekitar 150 juta pengunjung bulanan dengan jumlah seller mencapai 14 juta pada Agustus 2023 lalu. Pencapaian ini menjadikan Tokopedia sebagai salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia.
Tak hanya itu, Tokopedia juga menjadi contoh nyata bahwa satu platform e-commerce mampu memfasilitasi beragam model transaksi sekalipun. Di Tokopedia, Anda bisa melakukan transaksi B2C dari seller bisnis, C2C dari seller individu, hingga D2C dari official brand. Bahkan, kini Tokopedia juga telah menyediakan layanan O2O kepada penjual ecer tradisional untuk menjual aneka produk digital menggunakan aplikasi Mitra Tokopedia.
Meskipun berbasis di Singapura, Shopee memiliki popularitas yang cukup tinggi di Indonesia dengan jumlah rata-rata pengunjung mencapai 130-an juta. Model transaksi yang menjadi fokus utama Shopee adalah C2C, tapi mereka juga memfasilitasi brand atau perusahaan untuk menjual produk sebagai official store.
Biasanya, para brand tersebut memiliki logo yang dilengkapi label ‘Shopee Mall’. Melalui Shopee, konsumen bisa membeli berbagai produk fesyen, kecantikan, hingga rumah tangga dengan harga terjangkau. Bahkan, Shopee juga menjual banyak produk impor dari para penjual global.
Pertama kali muncul pada tahun 1999, Bhinneka.com menjadi salah satu pelopor platform e-commerce di Indonesia. Awalnya, mereka fokus menyediakan layanan distribusi dan menawarkan aneka produk teknologi, seperti PC Compatible, PC Build Up, hingga solusi video editing. Namun, kini Bhinneka.com telah berkembang menjadi platform B2B yang menjual produk-produk elektronik, otomotif, serta berbagai kebutuhan bisnis.
Menariknya lagi, Bhinneka.com juga menjadi toko online pertama yang resmi terdaftar dalam e-katalog LKPP, yaitu aplikasi belanja online buatan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Aplikasi ini menyediakan berbagai produk dari bermacam komoditas yang dibutuhkan oleh lembaga pemerintah Indonesia.
Sama seperti Bhinneka.com, Ralali juga merupakan platform e-commerce dengan model B2B. Bedanya, Ralali fokus menghubungkan pelaku bisnis dan pemasok produk melalui website serta aplikasi mobile. Jenis produk yang ditawarkan cukup beragam, mulai dari peralatan kantor hingga bahan-bahan bangunan.
Tak hanya itu, platform yang berdiri sejak 2013 ini juga memiliki fitur bernama Request for Quotation (RFQ) untuk membantu para pengguna mencari produk-produk tertentu yang belum tersedia di Ralali.
Blibli.com merupakan produk pertama yang didirikan pada 2010 oleh PT Global Digital Niaga, salah satu anak perusahaan Djarum yang bergerak di bidang digital. Bekerja sama dengan mitra dagang, perbankan, logistik, hingga penyedia jasa teknologi, platform B2B dan B2C ini menyediakan berbagai produk elektronik, fesyen, sampai makanan.
Hingga kini, Blibli.com tercatat memiliki sekitar 100.000 mitra usaha dengan rata-rata pengunjung bulanan mencapai 19 juta. Untuk mendukung layanan pengiriman produk, Blibli.com bekerja sama armada BES dan 15 mitra logistik. Tidak ketinggalan adanya 20 gudang serta 32 hub yang berada di berbagai kota besar di Indonesia.
Lazada pertama kali didirikan pada 2012 oleh Rocket Internet, tapi kemudian diakuisisi oleh Grup Alibaba China pada 2016. Tak hanya di Indonesia, Lazada juga menjangkau pelanggan di kawasan Asia Tenggara, terutama Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Vietnam.
Situs e-commerce model B2C ini menjual lebih dari 300 juta produk, tapi yang menjadi kategori unggulan mereka adalah elektronik dan fesyen. Kini, Lazada telah bermitra dengan kurang-lebih 3.000 brand serta 135.000 mitra penjual lokal dan internasional. Sementara itu, jumlah konsumen Lazada di Asia Tenggara telah mencapai 560 juta.
Tidak hanya di Indonesia, platform e-commerce juga bisa dengan mudah ditemukan di luar negeri. Beberapa di antaranya bahkan sudah mendunia hingga dikenal oleh masyarakat global. Berikut ini contohnya:
Shopify dikenal sebagai platform e-commerce asal Kanada yang pertama kali berdiri pada 2006. Namun, lebih dari sekadar situs e-commerce, Shopify juga menyediakan layanan website builder. Layanan ini memungkinkan para pelaku bisnis untuk membuat toko online tanpa harus menguasai skill programming maupun coding.
Nantinya, Anda bisa mengunggah produk-produk yang hendak dijual pada toko online di Shopify. Untuk memudahkan pengguna dalam menjalankan bisnisnya, Shopify juga melengkapi platformnya dengan berbagai fitur seperti manajemen stok, integrasi dengan online payment, pengiriman barang, hingga manajemen pesanan.
Baca juga: Integrasi Midtrans dan Shopify Permudah Transaksi Online
Mirip seperti Shopify, WooCommerce juga merupakan platform untuk membantu Anda mendirikan toko online. Bedanya, WooCommerce merupakan plugin eksklusif dari WordPress, sehingga Anda harus membuat website terlebih dulu pada platform Wordpress.
Melalui WooCommerce, Anda dapat mengubah website Wordpress tersebut menjadi toko online yang dilengkapi berbagai fitur penunjang. Contohnya seperti fitur payment gateway, keranjang, opsi pengiriman, dan masih banyak lagi. WooCommerce memungkinkan Anda untuk melakukan kustomisasi website sesuai kebutuhan bisnis online.
Siapa yang tidak tahu platform satu ini? Per Januari 2023 lalu, Amazon menempati peringkat teratas daftar perusahaan e-commerce terbesar di dunia, dengan kapitalisasi pasar menembus angka 971,91 miliar USD atau sekitar Rp14,905 triliun.
Kesuksesan besar ini tidak terlepas dari berbagai layanan dan inovasi yang terus dilakukan oleh Amazon. Dari yang awalnya hanya menjual buku secara online, kini Amazon telah memperluas jangkauan produknya. Bahkan tak hanya menjual barang fisik seperti peralatan rumah tangga, elektronik, atau pakaian, Amazon juga menyediakan produk dalam bentuk media digital hingga cloud computing.
Ketika pertama kali diluncurkan pada 1999, Alibaba.com sempat mendapat kritik dan penolakan. Namun, kegigihan Jack Ma dan tim berhasil membuat Alibaba.com kini dikenal sebagai salah satu platform e-commerce B2B terbesar di dunia. Setiap harinya, platform satu ini menghubungkan jutaan pemasok dan pembeli, bahkan hingga memfasilitasi transaksi impor-ekspor berskala besar.
Alibaba.com merupakan bagian dari Alibaba Group, yang pada 2014 lalu berhasil mencapai salah satu milestone besar. Pada September 2014, Alibaba Group resmi terdaftar di bursa saham (IPO) New York Stock Exchange menggunakan kode ‘BABA’. Kala itu, saham Alibaba Group dibuka pada angka 92,70 USD.
eBay dikenal sebagai salah satu platform e-commerce paling lengkap di dunia. Mulai dari produk fesyen, elektronik, alat musik, peralatan rumah tangga, perlengkapan olahraga, bahkan hingga barang antik, mainan vintage, sampai mobil dan motor bekas, semua bisa Anda temukan melalui eBay. Terlebih, harga yang ditawarkan pun relatif kompetitif.
Untuk memudahkan pengguna, platform yang berdiri sejak 1995 ini menyediakan fitur bernama eBay Pulse. Melalui fitur ini, pengguna bisa mendapatkan informasi seputar tren pencarian yang populer hingga produk yang paling banyak dilihat.
Sebagai pemilik bisnis, Anda bisa memanfaatkan platform e-commerce untuk menjual produk ke jangkauan pelanggan yang lebih luas. Bahkan, ada banyak pilihan model bisnis dan platform yang bisa Anda pilih sesuai kebutuhan.
Bagi yang mengutamakan kepraktisan, Anda bisa mendaftar sebagai seller di platform e-commerce. Namun, pastikan platform tersebut telah terintegrasi dengan sistem payment gateway seperti Midtrans agar mampu memfasilitasi berbagai pembayaran online maupun offline.
Sedangkan bagi yang menginginkan kebebasan lebih dalam pengelolaan bisnis, tidak ada salahnya membangun website dengan bantuan web builder. Soal metode pembayaran pun, Anda tidak perlu khawatir karena bisa daftar Midtrans gratis untuk memasang teknologi payment gateway pada website.
Selain mendukung 24 metode pembayaran secara online dan offline, ada juga fitur Dashboard Midtrans yang menyajikan data transaksi hingga kebiasaan customer Anda. Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah mempercepat pertumbuhan bisnis. Jadi, tunggu apa lagi? Perkuat platform e-commerce Anda dengan sistem payment gateway Midtrans sekarang juga!