Kami telah melakukan sedikit penyesuaian pada Pemberitahuan Privasi yang akan berlaku efektif pada tanggal 30 Mei 2024. Klik disini untuk meninjau!
Cek disiniPerbedaan Reseller dan Dropship bagi Bisnis Anda - Sebagian dari kita barangkali pernah bertanya mengenai perbedaan reseller dan dropship. Meski keduanya memang mirip, faktanya, berbagai detailnya tetaplah berbeda. Misalnya saja, perbedaan terletak pada sistem penyaluran produk dari penjual ke pembeli atau pada sistem stok barang.
Belakangan, dua model bisnis ini diminati banyak orang. Selain karena tak perlu memikirkan proses produksi, keuntungannya pun cukup menggiurkan jika digeluti dengan tekun dan cermat. Namun, sebelum memutuskan ingin menggunakan model bisnis yang mana, ada baiknya kita pelajari dan pahami dulu masing-masing definisinya.
Perbedaan reseller dan dropship dapat diketahui dengan menyimak pengertiannya masing-masing. Pengertian reseller adalah seseorang atau pihak ketiga yang membeli barang dari pemilik atau pembuat produk, kemudian menjualnya lagi ke konsumen.
Para reseller yang juga biasa disebut pengecer ini biasanya memperoleh harga spesial dari pemilik produk. Harga tersebut tentunya lebih rendah dari harga jual langsung dari si pemilik produk ke konsumen. Itulah sebabnya, para reseller dapat lebih leluasa menentukan harga jual, menyesuaikan target keuntungan yang ingin diperoleh.
Berbeda dari reseller, dropship merupakan sebuah model bisnis yang tidak melibatkan pembelian barang oleh pihak ketiga atau dropshipper. Jadi, dropshipper hanyalah bertugas sebagai perantara pemasaran produk. Ia tidak perlu memiliki stok barang, melainkan memikirkan strategi pemasarannya.
Dalam sistem dropship, apabila seorang dropshipper mendapatkan pesanan barang, maka ia tinggal meneruskan pesanan itu ke pemilik produk atau supplier. Nantinya, pesanan konsumen tersebut akan diproses oleh pihak supplier. Nama pengirimnya? Tentu saja menggunakan nama pihak dropshipper.
Sayangnya, sebagai perantara pemasaran, tidak semua dropshipper dapat menentukan harga jual sendiri. Umumnya, para supplier-lah yang berhak menetapkan selisih harga bagi dropshipper untuk setiap produk yang berhasil terjual ke konsumen. Meski tidak sama menguntungkannya dengan reseller, model bisnis satu ini tergolong praktis.
Jika dilihat dari pengertiannya, perbedaan reseller dan dropship ternyata cukup mendasar. Untuk lebih lengkapnya, berikut penjabaran tentang perbedaan reseller dan dropship dalam beberapa aspek. Yuk, disimak!
Reseller dan dropship umumnya berlangsung di ranah bisnis online, sehingga modal awalnya bisa berupa gadget, koneksi internet, dan platform penjualan, seperti media sosial atau akun di situs e-commerce.
Selain sejumlah modal ini, bisnis reseller dan dropship bisa dilakukan dengan modal kecil, bahkan nol. Perbedaannya kemudian terletak pada jumlah modal yang diperlukan.
Di antara keduanya, dropship membutuhkan modal lebih sedikit daripadai reseller. Pasalnya dropshipper tidak perlu memiliki stok barang. Sebaliknya, reseller harus memiliki stok barang untuk dijual. Maka dari itu, ia akan membutuhkan modal untuk membelinya dari supplier atau distributor, terlepas dari apakah pembayarannya menggunakan skema tunai atau mencicil.
Cara kerja reseller sama dengan pengecer biasa. Reseller membeli barang dagangan dari pemilik produk dengan harga rendah, lalu memasarkannya ke konsumen sesuai harga yang telah ditentukan sendiri. Oleh karena itu, reseller juga harus menyediakan tempat penyimpanan produk dagangan.
Sedangkan dropshipper yang perannya mirip dengan perantara, tidak memerlukan tempat penyimpanan. Awalnya, pemilik produk bekerja sama dengan dropshipper untuk memasarkan barang. Dropshipper bekerja menawarkan produk secara langsung kepada konsumen, termasuk dalam menerima pesanan.
Selanjutnya pesanan diteruskan kepada supplier untuk diproses. Supplier menerima order untuk kemudian mengirimkannya kepada konsumen. Sementara dropshipper bertugas memonitor proses pesanan hingga sampai ke tangan pembeli.
Perbedaan reseller dan dropship berikutnya berkaitan dengan keuntungan dan penghasilan. Sebagai contoh, jika reseller dan dropshipper sama-sama berhasil merampungkan 10 transaksi, pendapatan reseller bisa jadi lebih besar. Pasalnya reseller dapat menentukan harga jual sendiri. Sedang dropshipper tidak punya pilihan selain mengikuti ketentuan yang ditetapkan supplier.
Selain profit yang bisa lebih tinggi, reseller dapat langsung mengetahui kualitas produk. Pelakunya pun dapat belajar bisnis secara menyeluruh, mulai dari pengelolaan keuangan, strategi pemasaran, sampai memelihara hubungan baik dengan pihak terkait.
Pada dasarnya model bisnis dropship pun bisa menghasilkan profit besar, asalkan jumlah transaksinya jauh melebihi reseller. Sejatinya, ini bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dicapai, mengingat cara kerja dropship yang begitu mudah dan praktis.
Setiap model bisnis pasti memiliki risiko masing-masing. Risiko seorang reseller adalah kehabisan modal karena menimbun produk terlalu banyak. Jika produk tidak segera terjual dan mudah rusak dalam penyimpanan, tentu saja akan memicu kerugian.
Kerja dropship yang praktis pun tak luput dari risiko. Seorang dropshipper bakal kesulitan mengetahui kualitas barang tanpa membelinya sendiri, sementara keluhan konsumen akan langsung tertuju kepadanya. Selanjutnya ketika supplier kehabisan produk, otomatis, dropshipper juga kehilangan kesempatan menjalankan aktivitasnya.
Menimbang kepraktisan dan kemudahannya, dropship bisa disebut lebih baik daripada reseller. Akan tetapi di sisi lain, pihak dropshipper perlu berusaha lebih keras jika ingin mendapatkan keuntungan tinggi seperti reseller.
Setelah mengetahui perbedaan reseller dan dropship, sekarang saatnya Anda menyimak poin-poin berikut, jika ingin menggeluti bisnis ini.
Pertama-tama, Anda perlu meriset produk yang akan dijual dan brand produsennya. Pastikan produk tersebut berkualitas, memiliki peluang besar dan bisa berkembang di tengah persaingan, serta dibuat oleh produsen populer yang sudah dipercaya kiprahnya.
Anda juga perlu cermat memilih produk dagangan yang tepat, baik dari segi minat konsumen, kualitas dan harga, serta kemudahan pemasaran. Jika sudah, temukanlah supplier yang memiliki produk dengan kriteria tersebut.
Selanjutnya Anda pun perlu memikirkan bagaimana metode pemasaran yang paling efektif. Banyak reseller dan dropshipper memanfaatkan saluran online, seperti media sosial, situs web, dan marketplace, selain ada pula yang tetap menggunakan metode pemasaran konvensional.
Jangan lupa, pikirkan dan lakukan strategi promosi guna menyaring lebih banyak pelanggan. Selain untuk memperkenalkan produk, promosi merupakan salah satu langkah penting dalam pemasaran. Promosi yang tepat dan efektif berpeluang besar mendukung performa penjualan.
Tentukan sistem kerja dan layanan yang ingin diterapkan, mulai dari pemesanan hingga pengiriman ke konsumen. Pastikan sistem tersebut praktis dan tak merepotkan, baik untuk Anda sebagai penjual maupun bagi pelanggan.
Guna mempermudah layanan, Anda bisa menggunakan Midtrans sebagai solusi transaksi jual beli online. Midtrans menyediakan produk Online Payment, yakni fitur yang memudahkan reseller dan dropshipper menerima pembayaran dari pelanggan secara online.
Proses transaksi berlangsung real-time, di mana pun Anda dan pelanggan berada, kapan saja. Metode yang tersedia pun bervariasi, mulai dari kartu kredit atau debit, virtual account, e-money, hingga cicilan. Pilihan metode pembayaran lengkap tentu membuat pelanggan lebih nyaman bertransaksi dengan Anda.
Setelah menikmati manfaatnya, sarankan kepada supplier untuk ikut menggunakan Online Payment Midtrans, agar mereka dapat merasakan kemudahan yang sama. Dengan demikian, transaksi antara Anda dan supplier pun menjadi lebih mudah dan efisien.
Jadi, kini Anda sudah tahu, kan, perbedaan reseller dan dropship? Baik dari segi modal, cara kerja, potensi keuntungan, maupun dari segi risikonya. Nah, bila Anda sudah memutuskan hendak menjalani model bisnis yang mana, jangan lupa, percayakan gateway pembayaran Midtrans untuk membantu Anda.
Online payment Midtrans, solusi kemudahan transaksi bisnis Anda.