Media sosial telah menjadi salah satu platform paling powerful dalam praktik digital marketing masa kini. Namun, kampanye media sosial Anda tak akan berjalan optimal tanpa pemahaman yang baik terhadap target audiens. Sebelum melakukan berbagai riset untuk memahami perilaku audiens, sebaiknya Anda mengetahui dulu dasar-dasar psikologi yang mendasari perilaku kebanyakan orang dalam menggunakan media sosial. Dengan begitu, nantinya Anda bisa menyesuaikannya dengan strategi media sosial yang disusun.
Sebagai pebisnis atau pemilik brand, alasan Anda share konten di media sosial adalah untuk menjaring sebanyak mungkin audiens. Namun, bagaimana dengan audiens Anda? Apa yang membuat mereka secara sukarela mau post konten pribadi atau share konten dari pihak lain? New York Times pernah melakukan penelitian terkait hal tersebut dan mereka menemukan lima alasan utamanya.
Meningkatkan kualitas hidup orang lain
Sebanyak 94% partisipan mengaku melakukan share karena yakin bahwa konten tersebut dapat mempermudah hidup orang lain. Nah, Anda bisa membuat konten yang dapat membuat hidup audiens Anda jadi lebih baik.
Sebagai identitas diri
Sebanyak 68% partisipan melakukan share konten untuk menciptakan online persona dari dirinya. Jadi, pertimbangkan minat target audiens Anda saat menyusun konten.
Menjaga hubungan
Empat dari lima partisipan melakukan share konten agar tetap terhubung dengan orang lain. Untuk itu, Anda bisa membuat konten dengan mencantumkan call-to-action (CTA) seperti “Share foto ini dengan teman terbaik kamu!”
Self-fulfillment
Riset menunjukkan bahwa audiens lebih menikmati konten ketika mereka men-share-nya. Mereka juga akan lebih menikmati konten ketika konten tersebut dishare kepada mereka.
Menyuarakan isu tertentu
Sebanyak 84% partisipan melakukan share konten sebagai bentuk dukungan terhadap isu atau brand yang mereka pedulikan. Coba pikirkan isu apa yang didukung oleh brand Anda, lalu buatlah kontennya.
Selektif dalam membagi konten
Meski pengguna internet suka membagikan konten, mereka cenderung selektif dalam melakukannya. Dilansir dari situs NewsCred, sebanyak 24% pengguna media sosial share hampir seluruh konten. Berbeda dari 19% pengguna lainnya yang tidak share sama sekali. Sedangkan sisanya melakukan share konten yang bervariasi. Kondisi di masing-masing negara tentu saja berbeda. Di Indonesia sendiri ternyata angkanya cukup tinggi. Sebanyak 50% pengguna media sosial memberi indikasi bahwa mereka share “segala hal” atau “hampir semua hal” secara online.
Dikutip dari Hootsuite, jurnal Association for Psychological Science menyatakan bahwa mengaktifkan emosi tertentu dapat meningkatkan peluang suatu konten untuk di-share. Meski begitu, para peneliti di University of Pennsylvania mengatakan bahwa semakin positif suatu konten, maka akan ada lebih banyak orang yang membagikannya. Anda dapat memanfaatkan informasi untuk menyusun strategi media sosial. Misalnya, berbagi cerita positif dari salah satu pelanggan yang puas dengan produk Anda, share video berisi salah satu karyawan yang menceritakan hal positif, atau sesimpel menggunakan emoji bernada gembira.
Pentingnya warna terhadap perilaku audiens
Tahukah Anda bahwa menurut riset dari Impact of Color on Marketing, orang-orang mengambil keputusan hanya dalam waktu 90 detik saat berinteraksi dengan orang lain atau produk? Sebanyak 62%-90% dari penilaian tersebut hanya didasarkan pada warna. Dalam hal ini, warna yang Anda pilih tak hanya harus sesuai dengan image brand dan produk, tetapi juga harus mendukung kepribadian yang ingin Anda gambarkan. Coba tanyakan kepada diri sendiri, pesan apa yang ingin Anda sampaikan dan warna apa yang dapat membantu Anda untuk melakukan hal tersebut?
Dengan memahami target audiens hingga aspek psikologinya, Anda bisa menciptakan konten media sosial yang meninggalkan “jejak” di kepala mereka. Kampanye Anda pun dapat berjalan efektif untuk membantu Anda meraih target bisnis.
Sumber: Hootsuite Blog, NewsCred Insights