Fajar Surya, siswa tingkat sekolah menengah atas (SMA), sudah lama memimpikan punya smartphone yang memiliki logo buah apel yang sudah tergigit. Karena belum berpenghasilan dan masih mengandalkan pemberian dari orang tua sepenuhnya, Fajar pun memutuskan menyisihkan sebagian uang jajannya itu untuk ditabung.
Begitu dirasa tabungannya sudah cukup, ia pergi ke warnet dan mencari-cari pedagang online yang menjual smartphone idamannya itu. Setelah ketemu, ia pun menghubungi sang pedagang untuk bertanya seputar barang yang dijual—mulai dari tipe, kualitas, harga barang—hingga biaya pengiriman barang. Setelah terjadi kesepakatan harga, Fajar pun mentransfer sejumlah dana ke nomor rekening si penjual. Fajar memilih untuk membeli smartphone idamannya secara online karena menurutnya lebih murah dibandingkan membelinya secara langsung di toko offline.
Malamnya, si penjual memberikan nomor resi (untuk mengecek status barang yang dikirim) melalui pesan singkat. Keesokan harinya Fajar kembali pergi ke warnet untuk mengecek nomor resi tersebut. Begitu status menunjukkan bahwa barang masih dalam proses pengiriman, Fajar pun merasa lega karena barang pesanannya sedang dalam perjalanan menuju rumah. Ia sudah tak sabar untuk segera bisa menggunakan smartphone canggih asal Amerika tersebut.
Beberapa hari kemudian, sebuah paket datang dengan tujuan atas nama Fajar. Sesampainya di rumah usai pulang sekolah, Fajar mendapati paket tersebut. Ia pun langsung bergegas membuka paket. Anehnya, raut wajah Fajar yang sebelumnya menampakkan kesenangan, mendadak berubah muram. Ternyata, di dalam paket tersebut ia tak mendapati smartphone berlogo apel, tetapi justru handphone biasa, tanpa ada logo apel yang melekat di bagian belakangnya.
Kisah di atas memang fiktif, tetapi di dunia nyata banyak kejadian yang serupa dengan kisah ini. Baik yang diceritakan secara lisan, maupun diceritakan dalam forum-forum online seperti Kaskus melalui sub forum Surat Pembaca. Berdasarkan kisah dan pengalaman yang diceritakan di forum-forum tersebut, maka bisa disimpulkan bahwa setidaknya ada dua modus penipuan yang biasa dilakukan oleh penjual online. Mari mengenali modus-modus tersebut agar kita tidak menjadi korban penipuan online berikutnya.
1. Menjual barang, tapi mengirimkan yang berbeda.
Modus penipuan online ini sama seperti yang ada dalam cerita di atas, yaitu penjual mengirimkan barang, tetapi bukan barang yang dipesan oleh pembeli, melainkan barang yang lain. Barang yang dikirim itu biasanya berharga jauh lebih murah daripada harga barang yang dipesan.
Untuk menghindari modus penipuan ini, pastikan kita memesan barang hanya dari toko online terpercaya. Misalnya, toko-toko online yang berbentuk perusahaan resmi, biasanya bisa dipercaya. Logikanya, mereka sudah mengeluarkan modal yang begitu besar dan mustahil merusak citra diri mereka sendiri dengan sengaja mengirimkan barang yang salah. Biasanya, toko-toko online ternama akan bersedia dengan senang hati menerima barang yang mereka telah salah kirim dan menggantinya dengan barang yang tepat sesuai dengan kebijakan penukaran barang yang dicantumkan.
Jika Anda membeli di penjual online perorangan, pastikan orang tersebut mencantumkan detail kontak yang jelas & dapat Anda hubungi sebelum melakukan pembelian. Akan lebih baiknya jika untuk bertransaksi dengan penjual model ini melalui rekening bersama.
2. Menjual barang, tapi tidak mengirimkan barang yang dipesan pembeli.
Bedanya modus ini dengan modus yang pertama, jika yang pertama tetap mengirimkan paket, tetapi yang kedua tidak mengirimkan paket sama sekali. Jika nomor resi pada modus pertama bisa dicek dan hasilnya menunjukkan data-data yang benar, maka nomor resi pada modus kedua ini tidak bisa dicek. Atau, kalau pun bisa dicek, maka akan ditemukan kesalahan pada data nama dan alamat tujuan atau salah satu dari keduanya. Cara menghindari modus nomor dua ini sama dengan cara menghindari modus penipuan nomor satu.
Demikian dua modus penipuan yang biasa dilakukan oleh oknum penjual online. Dengan mengetahui modus-modus tersebut, kita akan mampu bersikap lebih hati-hati saat memutuskan bertransaksi secara online. Tingkatkan kewaspadaan agar belanja online yang kita lakukan menghasilkan rasa aman, kepuasan, dan kenyamanan. Selamat berbelanja!