Dalam menjalankan bisnis, leadership sangatlah diperlukan untuk menjaga agar kegiatan bisnis berjalan lancar dan sesuai rencana. Umumnya, ada satu orang yang memimpin sebuah bisnis. Di perusahaan, jumlah pemimpin bisa banyak, tetapi kedudukannya berbeda. Misalnya, pemimpin departemen grafis harus melapor pada pemimpin divisi kreatif, yang juga masih harus melapor pada direktur. Hal ini wajar karena selama ini kita memandang leadership sebagai peranan bersifat top-down.
Padahal, sebetulnya tak ada peraturan khusus yang mengharuskan hal tersebut. Bahkan ada sebuah pendekatan bernama bottom-up leadership, yang memungkinkan setiap karyawan dari seluruh level untuk lebih berani “memimpin” atasan mereka. Bagaimana mungkin?
Apa itu Bottom-Up Leadership?
Menurut Matt Basford, General Manager Beyond, sebuah perusahaan desain dan teknologi, bottom-up leadership adalah sebuah state of mind dengan adanya pemberdayaan yang terdistribusi (distributed empowerment). Mindset seperti ini memastikan bahwa setiap anggota tim didorong untuk bekerja secara independen dan memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan.
Namun, perlu diingat bahwa bottom-up leadership bukan berarti mengabaikan visi dan strategi perusahaan. Hanya saja, untuk menerapkan hal tersebut, bottom-up leadership tidak hanya mengandalkan satu orang saja untuk berpikir. Bottom-up leadership paham betul bahwa kini dunia mengalami perubahan yang cepat sehingga karyawan dituntut untuk terus berpikir strategis, oleh sebab itu ia mendorong setiap karyawan untuk lebih proaktif sehingga akan ada lebih banyak kesempatan yang muncul.
Selain itu, bottom-up leadership juga sebetulnya masih memiliki satu orang yang in-charge di dalam divisi atau departemen tertentu. Namun, orang ini mendorong para anggota tim untuk ikut proaktif dalam menyuarakan ide dan mengambil keputusan sehingga tak hanya bergantung kepada orang tersebut.
Kelebihan Bottom-Up Leadership
Dengan lebih banyak kebebasan dalam bekerja, bottom-up leadership dapat membuat karyawan merasa dipercaya. Secara otomatis, loyalitas mereka terhadap perusahaan pun akan meningkat. Tidak hanya itu, bottom-up leadership juga memungkinkan ide-ide baru untuk tersebar dengan lebih cepat di dalam organisasi karena sejak awal Anda mendukung karyawan untuk bebas menyampaikan ide.
Bottom-up leadership pun memberi kesempatan kepada perusahaan untuk meningkatkan budaya belajar. Karyawan memiliki kemampuan adaptasi untuk belajar sehingga memungkinkan mereka untuk menilai sendiri efektivitas kinerja masing-masing. Hal ini tentu dapat membantu karyawan untuk lebih mengenali kemampuan mereka sehingga mampu meningkatkan efisiensi dan mendapatkan hasil kerja yang lebih baik.
Karakteristrik Bottom-Up Leadership
Pada penerapannya, bottom-up leadership di berbagai perusahaan bisa saja berbeda-beda. Namun, idealnya bottom-up leadership memiliki karakteristik berikut ini:
- Person in-charge aktif memotivasi para anggota tim untuk berkolaborasi memberikan ide yang bersifat problem-solving.
- Sadar dengan cepatnya perubahan dalam dunia bisnis sehingga aktif mencari insight untuk menghadapi perubahan tersebut.
- Memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dalam menghadapi berbagai tantangan dan perubahan.
- Setiap anggota tim memiliki kesempatan untuk mengekspresikan pandangan dan idenya, serta mendukung keputusan final.
- Setiap anggota tim saling menghargai ide dan pandangan yang disampaikan oleh anggota tim lain.
Tips sukses menerapkan Bottom-Up Leadership
Menerapkan sistem bottom-up leadership tentunya membutuhkan waktu dan usaha. Untuk membantu Anda melakukannya, berikut beberapa tips untuk diterapkan.
- Jangan hanya menampung opini, tapi terapkan – Banyak pemilik bisnis yang berkata bahwa mereka ingin karyawan mereka aktif memberikan ide. Namun, begitu ide dilontarkan, mereka tak pernah menggunakannya. Bukan berarti Anda harus selalu menerapkan ide yang dilontarkan. Namun, setidaknya luangkan waktu untuk mendiskusikan ide-ide tersebut bersama anggota tim. Tunjukkan bahwa Anda menghargai setiap ide yang masuk.
- Perhatikan apa yang tidak karyawan katakan – Walau mungkin karyawan Anda terlihat nyaman berinteraksi dengan Anda dan dengan satu sama lain, terkadang karyawan masih ragu untuk mengungkapkan hal-hal tertentu. Karenanya, Anda harus memberi perhatian kepada karyawan. Bagaimana mood di tempat kerja? Apakah ada banyak karyawan yang absen? Apakah ada karyawan yang gagal mencapai targetnya? Pahami situasinya dan Anda akan dapat menemukan permasalahan sebenarnya.
- Berikan banyak feedback – Selagi Anda menerapkan bottom-up leadership, jangan lupa untuk memberi banyak feedback. Tak ada salahnya memberi feedback positif di hadapan umum untuk memberi penghargaan sekaligus contoh kepada karyawan lain. Sebaliknya, saat harus memberi feedback negatif, sebaiknya lakukan secara private agar ia tak merasa tersinggung atau dipermalukan.
Itulah sekilas penjelasan tentang bottom-up leadership. Semoga penerapan bottom-up leadership dapat membuat bisnis Anda semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Good luck!