Tren Content Marketing yang Efektif di Tahun 2019
Content marketing menjadi salah satu bentuk promosi brand dengan menggunakan k...
Kami telah melakukan sedikit penyesuaian pada Pemberitahuan Privasi yang akan berlaku efektif pada tanggal 30 Mei 2024. Klik disini untuk meninjau!
Cek disiniSemua orang suka barang-barang gratis. Mudah bagi perusahaan untuk membuat orang mencoba produk mereka secara gratis, tapi mengubah mereka untuk mau membayar produk tersebut secara bulanan merupakan perkara lain. Hal inilah yang hingga kini menjadi tantangan utama dari sistem freemium.
Freemium tidak sama dengan sistem free trial karena pada free trial, Anda diberikan batas waktu tertentu untuk mencoba produk yang diberikan sebelum membeli versi aslinya. Untuk mengenal lebih lanjut mengenai bisnis model freemium, simak artikel berikut ini. Sistem freemium ini sudah berhasil diterapkan oleh beberapa perusahaan besar, salah satunya adalah Dropbox. Ada pula Google yang bahkan meraup 98% keuntungan dari produk freemium mereka.
Apa saja strategi yang bisa Anda lakukan untuk mendorong pelanggan agar mau upgrade produk freemium mereka ke versi yang berbayar?
Anda pasti pernah bertemu dengan kata-kata seperti “30-day trial” atau “for a limited time only”. Tidak hanya mampu menarik perhatian target audiens Anda dengan iming-iming produk gratis, namun kalimat tersebut juga menimbulkan rasa ingin tahu melalui tone yang terkesan mendesak atau urgent. Melalui produk gratis, target audiens Anda bisa mengeksplor berbagai fitur yang Anda tawarkan dan merasakannya sendiri. Secara tidak langsung, sebenarnya Anda telah menciptakan kesempatan bagi produk-produk Anda untuk “menjual” dirinya sendiri.
Dengan kata lain, freemium merupakan kesempatan emas untuk membuat orang-orang jatuh cinta dengan produk Anda sehingga akan kembali untuk melakukan pembelian Jadi, atur waktu tertentu sebagai batas penggunaan produk gratis. Jika bingung menentukannya, Anda bisa mengikuti jejak Dropbox yang menetapkan batas waktu empat belas hari, atau justru tiga puluh hari seperti yang dilakukan HubSpot dan Netflix.
Strategi lain yang bisa Anda terapkan untuk membuat target audiens mau melakukan pembayaran adalah dengan menawarkan promosi. Melalui hal tersebut, target audiens Anda akan merasa spesial dan kemungkinan bagi mereka untuk bergabung dengan paket premium Anda akan semakin besar. Tidak hanya itu, mereka juga akan merasa bahwa Anda menghargai uang mereka dan adanya rasa tidak ingin “kelewatan” dapat membuat mereka segera bertindak cepat.
Salah satu brand yang berhasil melakukan strategi ini adalah Spotify. Mereka menawarkan paket premium seharga US$0.99 untuk tiga bulan pertama, lalu US$ 9.99 untuk tiap bulan berikutnya. Hanya dengan harga yang relatif sangat murah tersebut, audiens sudah bisa memutar lagu apapun, di mana pun, dan kapan pun tanpa terganggu dengan iklan-iklan yang muncul. Anda bisa mengikuti langkah Spotify ini, namun jangan lupa untuk mengirim e-mail pemberitahuan beberapa hari sebelum jangka waktu pemakaian gratisnya berakhir.
Ketika pertama kali berkunjung pada halaman utama website atau landing page Anda, pengunjung harus tahu apa yang mereka hadapi. Karenanya, pesan yang Anda cantumkan di sana memegang peranan penting. Agar pengunjung tidak merasa bingung dengan hal yang ditawarkan, pastikan bahwa pesan Anda memiliki nilai yang jelas dan to the point. Hindari pemilihan kata yang bersifat ambigu dan bisa membuat pengunjung website bertanya-tanya sehingga mereka memutuskan untuk tidak jadi mencoba produk freemium Anda.
Sebagai contoh, Litmus menawarkan produk freemium dengan jangka waktu pemakaian gratis pada tujuh hari pertama. Pada website-nya, Litmus menerangkan ketentuan tersebut sejelas dan sesingkat mungkin, bahwa pemakaian tujuh hari pertama dapat dilakukan secara gratis. Pelanggan bisa melakukan pembatalan kapan pun jika tidak ingin lanjut menggunakan versi premium.
Beberapa orang pasti akan merasa sedikit “terganggu” ketika diminta untuk membayar sesuatu yang sebelumnya bisa dinikmati secara gratis. Oleh sebab itu, Anda harus berusaha untuk menyederhanakan berbagai aspek agar proses transisi dari free ke premium bisa berjalan semulus dan semenyenangkan mungkin. Jika transisi tersebut berjalan rumit, kemungkinan besar pelanggan Anda akan berubah pikiran di tengah jalan dan memutuskan untuk membatalkan pembelian.
Anda bisa mencoba membayangkan diri Anda sebagai target audiens. Tanyakan pada diri Anda sendiri, hal tidak menyenangkan apa yang ingin Anda hindari ketika melakukan transisi dari pemakaian sistem free ke premium? Layanan customer service yang buruk? Harga yang tidak sesuai penawaran? Tidak adanya bentuk pembayaran tertentu? Setelah melakukan identifikasi, ajaklah tim Anda untuk mengeliminasi masalah-masalah tersebut.
Itulah beberapa strategi yang bisa Anda terapkan untuk mendorong target audiens menggunakan produk freemium Anda. Sebelum merilisnya kepada publik, lakukan identifikasi menyeluruh pada bisnis Anda, apakah memang sistem freemium benar-benar cocok untuk diterapkan. Selamat mencoba!
Sumber: iMPACT