Kami telah memperbarui Syarat & Kebijakan Privasi pada tanggal 26 Februari 2024. Klik disini untuk meninjau!

Cek disini close
10 May

Budaya Korporasi vs Budaya Startup: Mana yang Sesuai untuk Anda?

Digital Marketing Midtrans

by Digital Marketing Midtrans

view3043Views

startup atau korporasi

Istilah startup dalam dua tahun belakangan ini telah menjadi primadona baru di Indonesia. Fenomena perusahaan rintisan yang saling bermunculan ini telah berhasil menyita banyak perhatian. Tidak hanya bagi pelaku perintis usaha atau investor, startup juga menarik perhatian pemerintah. Bulan Juni tahun lalu saja, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Kibar berhasil menyelenggarakan Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital, kegiatan yang bertujuan untuk melahirkan perusahaan rintisan berkualitas yang hadir sebagai solusi atas permasalahan-permasalahan di Indonesia. Tidak main-main, gerakan ini menargetkan seribu startup akan lahir pada tahun 2020 nanti.

Fenomena startup juga didukung oleh ledakan pengguna media sosial. Platform media sosial yang mengutamakan konsep berjejaring ini sangat membantu para perintis usaha untuk mempublikasikan startup yang mereka miliki, guna menarik investor yang potensial. Arus interaksi yang terjadi dalam media sosial juga dinilai efektif bagi startup sebagai alat pembentuk branding.

Bekerja di sebuah startup dinilai memberikan keuntungan yang tidak bisa Anda dapatkan apabila Anda adalah seorang pegawai di sebuah korporasi. Anggap saja pakaian kerja sebagai contoh. Pekerja korporat terbiasa mengenakan pakaian formal dan bersepatu pantofel, sedangkan pekerja startup terbiasa berpakaian sekasual mungkin. Ruang kerja mereka juga berbeda. Korporasi selalu identik dengan gedung pencakar langit yang terdiri dari banyak lantai, sedangkan kantor startup terlihat lebih playful dengan desain interior unik. Namun selain yang telah disebutkan tadi, startup dan korporasi memiliki budaya unik masing-masing.

Budaya startup

Sebagai perusahaan rintisan yang memperkerjakan pegawai kurang dari seratus orang, startup biasanya menghilangkan hierarki antara bos dan karyawan. Anda akan memiliki kesempatan untuk memiliki kontak dengan CEO secara teratur, bertukar ide dengan porsi yang lebih banyak, atau sekedar makan siang bersama dengan seluruh tim, hal-hal seperti ini tidak akan Anda temukan apabila bekerja di sebuah korporasi. Sekalipun demikian, Anda akan dituntut menjadi jack of all trades, pekerja fleksibel yang serba bisa.

Bukan menjadi hal yang mustahil jika kemudian Anda harus mengerjakan pekerjaan yang mungkin belum Anda kuasai. Namun jangan khawatir, bekerja dengan lingkungan seperti itu akan memaksimalkan semua potensi dalam diri Anda. Anda akan benar-benar belajar banyak hal karena harus menangani beberapa tugas sekaligus. Bekerja dengan tim kecil juga membuat setiap kontribusi yang diberikan oleh para pegawainya berpengaruh langsung dalam keseluruhan perusahaan. Hal ini menjadi baik apabila Anda adalah tipe orang yang ingin menunjukkan potensi diri.

Budaya korporasi

Korporasi menawarkan hal yang berbeda. Anda tidak harus menjadi orang yang serba tahu, melainkan menjadi pekerja yang memiliki tugas yang spesifik. Anda akan diberi tanggung jawab yang jelas dimana Anda akan menangani hal-hal yang memang Anda kuasai. Korporasi juga akan menjanjikan kenaikan gaji secara berkala dan memberikan beberapa tunjangan yang biasanya tidak dapat dipenuhi oleh startup. Bekerja di sebuah korporasi memang terdengar kolot, namun nyatanya mereka menawarkan beberapa nilai plus yang bermanfaat bagi sebagian orang. Korporasi menjadi tempat yang ideal bagi mereka yang berkompeten dalam tugas-tugas khusus dan lingkungan yang stabil.


Walaupun terlihat ada perbedaan antara budaya startup dengan korporasi, Anda tetap bisa mengambil kelebihan dari budaya tersebut. Siapa tahu nantinya Anda dapat membuka peluang usaha sendiri dan memanfaatkan kedua budaya di atas?

Semoga artikel ini dapat membantu Anda menentukan lingkungan kerja yang paling sesuai untuk Anda!

Sumber: Campbellsville University Blog, Randstad