Sebagai seorang atasan, Anda dituntut untuk menjadi sosok yang tegas dan disiplin demi memberi contoh positif terhadap anggota tim Anda. Nah, hal ini terkadang membuat mereka segan untuk mendekati dan berinteraksi dengan Anda secara kasual. Padahal, Anda juga ingin bisa berteman dengan seluruh anggota tim, bukan hanya dianggap sebagai seorang atasan.
Kabar baiknya, hal tersebut tak mustahil dilakukan meski memang ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Pasalnya, batas antara teman dan hubungan atasan-bawahan bisa sangat blur sehingga berisiko mengganggu performa kerja.
Harus ada transparansi sejak awal
Salah satu risiko yang kerap muncul saat seorang atasan atau manajer menjalin hubungan pertemanan dengan karyawan mereka adalah timbulnya kesalahpahaman dan konflik kepentingan (conflict of interest). Karenanya, untuk menghindari hal ini, Anda harus menerapkan transparasi sejak awal. Katakan bahwa meski kalian berteman, Anda harus tetap mengambil keputusan dan tindakan yang mengutamakan pekerjaan.
Dengan kata lain, Anda wajib menentukan batasan antara hubungan profesional dan pertemanan. Jangan sampai hubungan pertemanan dengan anggota tim justru menghalangi Anda dalam hal pekerjaan dan profesional. Jika Anda benar-benar berkomitmen dengan pekerjaan, Anda pasti tahu di mana harus menentukan batasan.
Jujur dan tepat sasaran
Apabila sedang berkomunikasi dengan teman-teman di luar kantor, Anda pasti mengharapkan agar mereka bicara jujur kepada Anda. Hal ini juga sebaiknya diterapkan pada hubungan pertemanan di kantor. Baik sebagai atasan dan teman, Anda harus dapat menyampaikan berbagai hal secara jujur kepada anggota tim.
Misalnya, Anda menyadari bahwa salah satu karyawan Anda mengalami penurunan performa kerja. Jangan langsung memberinya surat peringatan atau bahkan memarahinya. Seorang teman tidak akan melakukan hal tersebut, bukan? Sebaiknya, coba jadwalkan pertemuan one-on-one, baik dalam situasi formal atau kasual, lalu coba tanyakan apakah ia mau berbicara tentang pekerjaan. Langkah ini akan membuat karyawan Anda merasa dihargai dan didukung.
Pastikan setiap masukan karyawan didengar
Sudah menjadi tugas seorang atasan untuk memaksimalkan potensi para karyawannya. Hal ini bisa Anda lakukan dengan membuka telinga lebar-lebar agar dapat menampung setiap masukan yang diberikan anggota tim Anda. Ciptakan sebuah hubungan di mana karyawan bisa menyampaikan ide kepada Anda tanpa merasa takut.
Tenang saja, Anda tak harus mengimplementasikan seluruh ide yang dilontarkan karyawan. Namun, sebagaimana yang seharusnya dilakukan seorang teman, yang terpenting adalah menunjukkan bahwa Anda benar-benar mendengarkan masukan mereka dan mempertimbangkannya. Hal ini akan memacu mereka untuk terus berinovasi.
Di era digital seperti sekarang, kemungkinan besar hampir seluruh karyawan Anda memiliki akun media sosial. Mereka menggunakan media sosial untuk berbagai tujuan, begitu juga Anda. Nah, agar hubungan pertemanan dan profesional dengan karyawan tetap berjalan baik, sebaiknya tidak perlu berteman dengan mereka di media sosial seperti Facebook atau Twitter.
Satu post yang terlihat kurang pantas pasti dapat memengaruhi hubungan pertemanan serta profesional di antara Anda dan karyawan. Misalnya, selama ini karyawan A dikenal sebagai orang yang pendiam di kantor. Namun, suatu hari Anda melihat sebuah foto hasil tag di Facebook yang membuat Anda berpikir tidak-tidak tentang karyawan A. Apa yang dilakukan karyawan tersebut memang bukan menjadi urusan Anda, tetapi pandangan Anda terhadap karyawan A pasti akan berubah dan hal ini bisa berpengaruh pada hubungan Anda.
Jadi, apakah Anda bisa berteman dengan para anggota tim? Tentu saja bisa, selama Anda menerapkan berbagai tips di atas dan tetap menentukan batasan yang jelas. Jangan sampai pertemanan Anda justru mengganggu kepentingan bisnis di perusahaan.
Sumber: Forbes, The Muse