Beberapa orang memiliki rasa takut terhadap konflik. Alih-alih menangani masalah secara langsung, biasanya mereka mencoba untuk menjadi "patuh", namun hal ini justru mendorong mereka untuk mengeluh, merasa frustrasi, atau terus menerus merenungkan sesuatu yang telah terjadi. Faktanya, hal ini dapat menciptakan penderitaan bagi diri Anda sendiri dalam kurun waktu yang cukup panjang. Rasa takut terhadap konflik ini jika dibiarkan dapat membuat Anda kehilangan kreativitas, inovasi, atau mengurangi produktivitas.
Pahamilah bahwa bersikap baik adalah strategi yang tidak efektif untuk Anda dan perusahaan. Cobalah untuk berani menyampaikan aspirasi dan opini Anda. Sikap inilah yang akan memberikan keamanan, kedamaian, serta menciptakan hubungan harmonis di dalam perusahaan. 5 langkah berikut ini juga bisa Anda praktikan untuk mengatasi rasa takut akan timbulnya konflik dalam perusahaan.
Fokus kepada kebutuhan bisnis
Kebiasaan menghindari konflik ternyata merupakan gambaran bahwa Anda terlalu mementingkan diri sendiri. Anda yang memiliki ketakutan terhadap konflik tidak bisa bersikap terbuka dalam memberikan penilaian atas rekan kerja ataupun klien perusahaan. Cobalah untuk bersikap lebih terbuka dalam sesi diskusi agar evaluasi bisa dilakukan dengan tepat. Sebagai anggota yang memberi kontribusi besar pada perusahaan, sebaiknya Anda berkonsentrasi pada apa yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis tersebut.
Gunakan bahasa yang obyektif
Dunia bisnis sangat mudah menimbulkan konflik. Hal ini tentu masuk akal mengingat dalam perusahaan yang melibatkan banyak orang dan beberapa pimpinan di setiap divisi. Akan menjadi situasi buruk jika Anda menggunakan bahasa yang sangat subyektif saat berdiskusi dengan atasan dan karyawan-karyawan lain. Kemampuan berkomunikasi memegang peranan yang penting dalam mencegah timbulnya konflik perusahaan.
Bersikap tenang
Orang yang menghindar dari konflik sering menganggap bahwa permasalahan tersebut muncul akibat sikap agresif, perilaku sombong atau tidak sopan. Hal tersebut tidaklah benar. Anda seharusnya menjadi diri sendiri, tidak menghakimi, dan tenang ketika terjadi konflik di perusahaan. Sekali lagi, fokuslah pada kebutuhan bisnis agar tujuan dapat tercapai.
Melihat konflik sebagai perbedaan pemikiran
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa perusahaan tempat Anda bekerja terdiri atas banyak pemikiran yang tentu tidak sepenuhnya bisa sejalan dengan Anda. Hal ini merupakan sebuah kewajaran yang harus Anda pahami. Untuk mengurangi rasa takut, ubahlah cara pandang Anda terhadap konflik tersebut sebagai wujud perbedaan pemikiran masing-masing individu.
Tak perlu merasa takut untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginan Anda, tentunya dengan argumen yang kuat dan masuk akal. Semakin Anda menutup diri terhadap konflik, maka perusahaan akan semakin sulit melakukan evaluasi terhadap kinerja yang telah dilakukan.
Mulailah dengan langkah kecil
Mengatasi rasa takut terhadap konflik tentu membutuhkan latihan dan kebiasaan. Cobalah untuk memulai dengan situasi yang mudah terlebih dulu. Hadapi konflik yang awalnya Anda pikir sulit untuk dihadapi. Misalnya, berlatih untuk mengatakan ‘tidak’ dan menolak permintaan. Kedua hal ini tidak mudah diterima oleh orang yang terbiasa mengatakan ‘ya’ untuk menghindari konflik.
Ketahuilah bahwa dunia tidak akan membenci Anda hanya karena kalimat ‘tidak’. Anda tidak akan dibenci oleh teman saat menolak permintaan mereka yang hendak menitipkan barang pada Anda. Bahkan, Anda tidak akan dipecat oleh perusahaan ketika mengatakan ‘tidak’ atas persetujuan kebijakan-kebijakan baru yang akan diterapkan. Berdamailah dengan hati dan pemikiran Anda.
Langkah-langkah tersebut secara bertahap dapat mengubah kebiasaan Anda dalam menghindari konflik yang mungkin saja terjadi. Tidak semua pendapat harus disetujui, tidak semua permintaan harus dipenuhi. Ingat, Anda memiliki hak untuk menolak.
Sumber: Harvard Business Review, BUSTLE